Jumat, 16 November 2012

I'm Proud to be Journalist

Rasanya sudah lama sekali tangan ini tak menuliskan kata-kata cemen untuk diluapkan dalam sebuah blog.. Ya Hampir dua tahun lamanya, saya meninggalkan blog aspal gosong ini... sekilas saat saya kembali membaca beberapa tulisan saya, rasanya saya ingin tertawa terbahak-bahak karena dua tahun lalu saya masih tergolong gadis alay yang masih eksis menggunakan huruf besar kecil. Namun, justru blog ini mengingatkan saya memori dua tahun lalu, ketika saya pertama kali merasa jenuh dengan aktifitas menulis saya. 
Jika dihitung-hitung entah berapa ribu karya dan tulisan yang saya ciptakan untuk media tempat saya bernaung. Dua tahun ini banyak kisah-kisah mengejutkan yang menghampiri kehidupan saya, dan takkan pernah saya duga sebelumnya. Saya baru paham arti dari kehidupan yang sebenarnya. Ya, hidup tak selamanya seperti yang saya inginkan. Hidup yang saya alami kali ini benar-benar abstrak, dan mengejutkan. Bahkan saya tak tahu apa yang akan terjadi di hari esok. Hidup saya seperti Headline Koran, yang tak seorangpun tahu peristiwa yang terjadi esok hari. 
Dua tahun ini masa-masa pendewasaan diri saya, dimana saya bertemu orang-orang baru yang tak pernah saya temui di masa-masa kuliah atau masa sebelumnya. Dunia jurnalis memungkinkan saya bertemu orang - orang hebat.  Mereka yang benar-benar berjuang untuk diri sendiri, keluarga dan orang lain, atau mereka yang bersifat munafik, dan picik hampir pernah saya temui. 
Beruntung, bagi saya bisa menjadi seorang jurnalis olahraga. Saya tak banyak menemui orang-orang munafik. Ya, walaupun ada yang sedikit mengusik hidup saya, namun hal itu tak pernah membuat saya berhenti untuk merangkai kata-kata yang ditunggu para penggemar tulisan saya. Hidup saya serasa sempurna tatkala tulisan saya membawa perubahan bagi lingkungan saya. Hidup saya pun merasa hampa jika tulisan saya hanya dipandang sebelah mata. 
Pada akhirnya, saya hanya bersyukur selama dua tahun ini Tuhan selalu menyertai saya sehingga membuat saya mulai mencintai dunia jurnalis, yang dulu sempat membuat saya frustasi. Terima kasih kepada semua orang yang menyayangi saya dan memberikan warna tersendiri bagi hidup saya. 
Walaupun pada akhirnya saya tak ingin menghabiskan masa hidup saya menjadi kuli tinta, tapi saya berjanji pada diri saya sendiri untuk tetap mencintai dunia pewarta. Untuk kisah saya selanjutnya, mungkin saya akan cerita di lain waktu. Karena, jika dicritakan di tulisan ini, mungkin akan menganggu suasana hati saya yang sedang bangga-bangganya dengan profesi saya. 
Terima kasih pada almamater saya IPB yang sudah mengenalkan saya pada dunia ini, kepada Pak David Rizar alias BEDE yang sudah mengajak saya untuk PKL di Harian PAKAR, dan semunya yang sudah mengajari saya bagaimana menyusun 5 W 1 H. 

Saya Bangga Jadi Jurnalis Olahraga.