Rabu, 30 Desember 2009

cerita seorang sahabat


Suatu kali di saat matahari mulai malas menampakkan dirinya, kami, segerombolan sahabat yang tengah merasakan puncak kebosanannya mulai saling bercerita. Entah darimana asalnya, Seorang sahabat yang kukenal selalu menunjukkan keceriaannya pun mulai bercerita tentang kisah hidupnya.

 Dia.. seorang yang ku kenal pantang menyerah, selalu berjuang keras mempertahankan keinginannya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Tak kusadari, hidupnya tak sesempurna yang ku kira,. Sahabat yang selalu tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak saat melihat temannya tertoreh corengan hitam ketika terjebak sebuah permainan kartu yang mengasyikkan..Berawal dari sebuah pesan singkat dari seorang yang dicintainya.. hingga Perasaan seorang sahabat yang peduli akan nasib percintaan mereka mulai ..dan Ketika itulah kisah sedih sahabatku terurai.

Sahabatku.. Dia mulai bercerita akan kisah kejayaannya, dimana semua hal yang diinginkannya pasti akan menjadi miliknya. Hidupnya tak jauh dari harta. Bahkan menurutnya, Uang itu dapat mengubah segalanya. Teman, kesenangan, semua bisa didapatkannya dengan mudah bersama uang. Sungguh kusadari, kisah dirinya tak jauh berbeda dengan sinetron-sinetron yang sering kulihat di layar kaca, tapi itu memang benar dan memang nyata. Dia bercerita bahwa dirinya kala itu diselimuti kesombongan dan keangkuhan.. sungguh berbeda dengan yang kulihat saat ini..sampai akhirnya dia menyadari bahwa roda memang berputar. Perputaran roda itu ia rasakan saat dia sedang merasakan betapa seharusnya dia berada di atas. Dia mulai menyadari, teman-temannya mulai menjauh atas keadaan dirinya. Dari situ dirinya mulai sadar, dia harus mengubah perangainya. 

Dari situ kedewasaannya mulai diuji, berbagai keinginan, dan masalah mulai mendatanginya. Sahabatku itu masih terjebak pada dirinya yang masih hidup di dunianya yang dulu. Keinginannya untuk mendapatkan sesuatu, sudah tak semudah membalikan tangan seperti dahulu. Berbagai usaha dia lakukan. Aku bangga terhadapnya, dia mampu menghadapi segala ambisi dan tingkat kegengsiannya dengan mempertaruhkan segala yang ia miliki.. Namun, itulah yang harus ditanggung dirinya sekarang.. Sahabat seumuran diriku, harus menanggung beban yang tak kuduga,..

Dia memang menyadari, tingkat ambisiusnya untuk mendapatkan sesuatu masih jauh di atas awan. Sahabatku merasa seperti dirinya menyalahkan nasibnya kenapa dirinya harus mengalami hal seberat itu. Melihat hal itu, aku hanya dapat tersenyum..ya..dirinya memang seperti mendapatkan cobaan yang mungkin bila aku dalam posisinya aku belum tentu bisa seperti dirinya, tapi dalam hati aku berkata 
,” Kau itu masih beruntung kawan, Hidupmu masih berkecukupan. Tak kurang sedikit apapun, hanya hasrat dan ambisi yang sedang menguasaimu. Kau masih beruntung dapat menikmati segala fasilitas yang telah disediakan orang tuamu..Lihatlah sekelilingmu.. Sahabatmu ini bila dibandingkan dengan dirimu sungguh terlampau jauh. Hidup hanya dengan mengandalkan gaji seorang wanita perkasa. Yang masih untung dapat tertawa bersamamu. Yang ibunya bingung, bagaimana mencukupi kebutuhan anaknya yang sedang tertawa bersamamu dan juga mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

Masih banyak lagi orang yang tak seberuntung diriku dan dirimu..Kau inginkan sebuah perangkat demi kesenanganmu, sedangkan mereka yang kulihat tengah malam sedang melawan kedinginan di pinggir jalan terlihat sedang mengais-ngais tempat sampah demi sesuap nasinya. Aku tak pernah mau berfikir Andai aku menjadi mereka, apa yang harus kulakukan? Apakah aku masih bisa berkhayal untuk tidur di kasur yang hampir rubuh olehmu, atau bahkan di kasurmu yang empuk dengan semilir AC di kamarmu..”

Sahabatku, aku hanya inginkan dirimu kalahkan dulu ego mu itu. Perjalanan hidup kita masih panjang, masih harus menapak masa depan yang tahu , apa yang terjadi pada kita. Syukuri apa yang sudah kita miliki saat ini. Aku mengutip pesan dari ibuku akan pentingnya arti sebuah pertemanan..”Lihatlah temanmu yang jauh kurang beruntung daripada dirimu, namun masih dapat tersenyum bersamamu, dan lihatlah temanmu yang lebih beruntung daripada dirimu, namun tetap bisa bersikap layaknya orang yang kurang beruntung, janganlah kau selalu lihat ke atas nak.. Tapi lihatlah sekali0kali ke bawah, karena keseimbangan dalam sebuah kehidupan, adalah yang akan membwamu ke sebuah kesenangan yang abadi,”.



Windi, 30 Desember 09 ( Catatan Akhir Tahun))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar