Jumat, 01 Desember 2023

Karena Sigaret Kretek Tangan, Perempuan dan Lulusan SD Pun Berdaya di Tasikmalaya

 







Ilustrasi foto : pekerja perempuan sedang memproduksi Sigaret Kretek Tangan (SKT). sumber : Dokumentasi AMTI 


Oleh : Windiyati Retno Sumardiyani

SERIAL “Gadis Kretek”, adaptasi Novel ternama karya Ratih Kumala yang dirilis awal November 2023 lalu, membuat pamor Sigaret Kretek Tangan (SKT) kembali masyhur.

Ya, dalam serial yang banyak mengisahkan sosok Dasiyah, putri pemilik pabrik rokok kretek di 1960-an itu, penonton banyak disuguhkan adegan pembuatan rokok yang masih menggunakan tangan.

Adegan para ibu-ibu berkebaya yang sibuk melinting tembakau, dengan dukungan material berupa cengkih, gilingan, kertas rokok, tembakau, lem atau kolot tersebut rupanya masih dapat kita jumpai di dunia nyata.

Bedanya, ibu-ibu itu kini tak lagi berkebaya. Dengan pakaian kasual masa kini, para perempuan kretek ini masih setia memproduksi rokok dengan tangan, atau yang kini kerap disebut SKT atau Sigaret Kretek Tangan.

Kondisi tersebut, masih dapat kita jumpai di sebuah industri rokok rumahan produksi PR.Makmur, di Jalan Kaumkidul, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.

Di sana, ratusan perempuan di Kabupaten Tasikmalaya diberdayakan sebagai karyawan SKT. Pemilik PR.Makmur dengan merk dagang Rotama, Muhammad Riswan mengatakan, sejak didirikan pada awal tahun 2018, perusahaanya memang cenderung memilih pekerja perempuan.

Pengerjaan SKT oleh perempuan dinilai lebih optimal karena mereka ulet dan telaten.

“Hampir 90 persen perempuan. Mungkin semua pabrik rokok sama saja ya,” ucap Riswan saat berbincang dengan penulis, Jumat 1 Desember 2023.

Riswan menuturkan, perekrutan tenaga kerja di perusahaanya terbilang tak muluk-muluk.

Mayoritas pekerja di sentra SKT diutamakan wanita. Lulusan Sekolah Dasar pun ia terima, asalkan mau berusaha, ulet dan bekerja keras.

Namun, di antara syarat lainnya, Riswan mengaku lebih mengutamakan warga sekitar pabrik untuk bekerja.

Pasalnya, ia berkeinginan perusahaan rokoknya dapat memberikan manfaat bagi warga di Tasikmalaya, terutama di Manonjaya dan sekitarnya.

“Kami utamakan warga di desa-desa sekitar, Saat ini di SKT sendiri hampir 450 pekerja perempuan yang bekerja di Pr. Makmur. Saya ingin menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya,” ucap Riswan,

Menurut Riswan, selama kurang lebih lima tahun berdiri, banyak pekerja perempuan yang memilih bertahan bekerja di sentra SKT. Kenyamanan,dan tuntutan ekonomi menjadi salah satu alasan mengapa mereka tetap bekerja.

Riswan bersyukur, keberadaan PR.Makmur bisa membawa dampak positif bagi warga sekitarnya, terutama dalam serapan tenaga kerja.

Apalagi, perempuan-perempuan yang sebelumnya kurang berdaya dan hanya berdiam diri di rumah kini juga dapat turut andil memperkuat perekonomian keluarganya.

Sebagaimana data yang dirilis Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya pada Buku Statitik Daerah Kabupaten Tasikmalaya 2023, tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Tasikmalaya pada 2022 mencapai 4.17 persen.

Jumlah tersebt menurun signifikan dibandingkan pada tahun 2020 di mana tingkat pengangguran terbuka mencapai 7,12 persen.

Riswan berharap, sektor SKT di Kabupaten Tasikmalaya menjadi salah satu industri yang dapat mengurangi angka pengangguran terbuka tersebut.

Terlebih dengan syarat dan kriteria yang tidak muluk-muluk, ia meyakini sentra SKT dapat terus berkembang.

Bantuan pemerintah berupa pelatihan kerja, dan kemudahan perizinan juga menjadi salah satu pendorong kemajuan PR.Makmur sebagai salah satu pabrik rokok SKT di Kabupaten Tasikmalaya.

“Selain menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya dan mengurangi angka pengangguran, hasil penjualan dari SKT perbungkusnya kita sisihkan untuk menyantuni anak yatim piatu dan orang jompo. Kita juga rajin menggelar pengajian rutin seminggu sekali, dan sebulan sekali dengan membagi beras kepada orang-orang sekitar. Kami berharap langkah kami dapat memberikan dampak positif bagi orang sekitar, dan tentunya untuk menggerakkan perekonomian orang-orang sekitar,” ucap Riswan.

PR.Makmur menjadi salah satu contoh pabrik SKT yang berdampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Di Indonesia, ada beberapa daerah keberadaan pabrik SKT-nya memberikan dampak domino bagi perekonomian warga.

Misalnya saja di Jawa Tengah, ada Kabupaten Kudus, Kabupaten Klaten, dan lainnya; Jawa Timur (Kota Surabaya, Kab. Kediri, Kab. Malang, Kabupaten Mojokerto, dan lainnya; kemudian,  DI Yogyakarta (Kab. Sleman, Kab. Bantul) dan Jawa Barat (Kab. Majalengka, Kab. Cirebon, dan lainnya).

Ketua Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) I Ketut Budhyman Mudhara dalam keterangan persnya menuturkan, SKT memiliki kebijakan inklusif yang jarang ditemukan pada industri lainnya terutama yang bersifat padat karya.

SKT menjadi salah satu tumpuan ekonomi terutama bagi pekerja perempuan dan masyarakat dengan pendidikan rendah.

“SKT ini adalah produk legal. Sayangnya regulasi pertembakauan belum mampu secara maksimal melindungi dan memberdayakan para pekerja di segmen SKT. Sangat penting memastikan bahwa dari sisi kebijakan, pemerintah pusat maupun daerah mengupayakan untuk menjaga sektor padat karya ini, demi kesejahteraan para tenaga kerja di dalamnya,” ucap Budhyman.

Budhyman menyatakan, berdasarkan proyeksi Ketenagakerjaan dan Sosial Dunia ILO dalam Tren 2023 (Tren WESO), pertumbuhan lapangan kerja global hanya akan sebesar 1 persen pada 2023.

Sementara di Indonesia sendiri, ketersediaan lapangan kerja juga masih menjadi permasalahan yang pelik.

“Keberadaan SKT memiliki peranan penting dengan serapan tenaga kerjanya yang signifikan. Para pekerja SKT didominasi oleh perempuan yang mayoritas mengemban peran ganda sebagai tulang punggung keluarga. SKT adalah sektor padat karya yang menumbuhkan perekonomian daerah dengan mata rantai yang saling bergantung. Oleh karena itu, terganggunya kehidupan SKT akan berdampak pada sektor penunjang lainnya,” ucap Budhyman. ***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar